Budaya dan ciri khas kota probolinggo, Sudah tahu belum dengan Kota Probolinggo? Hm bisa saya tebak nih, mungkin sebagian dari teman teman masih asing dengan kota tersebut khususnya yang baru pertama kali menapakkan kaki di daerah Jawa. Namun jika saya berbicara tentang Gunung Bromo, teman-teman pasti tahu.
Ya, Kota Probolinggo itulah tempat di mana Gunung Bromo berada, yang setiap hari ada saja orang yang mengunjungi tempat wisata tersebut dari berbagai kota ataupun luar negeri. Perlu kita ketahui bersama Kota Probolinggo adalah kota yang memiliki berbagai macam potensi dasar dalam pembangunan. Hal ini dapat di lihat dari berbagai macam aspek dan potensi yang di miliki seperti potensi perikanan, pertanian dan kebudayaan sebagai salah satu aset untuk membangun kota Probolinggo.
Jika kita berbicara tentang kebudayaan, kebudayaan adalah aset yang sangat peka dan wajib di miliki oleh setiap daerah karena budaya sendiri adalah suatu hasil dari pola tingkah laku yang di dapat dan di sampaikan melalui berbagai macam bentuk, seperti melalui kesenian, adat-istiadat bahkan kebiasaan yang sudah mendarah daging dan membentuk suatu kepribadian yang di lakukan baik individu maupun kelompok tertentu.
Budaya dan Ciri Khas Kota Probolinggo
Berikut adalaha budaya dan ciri khas kota probolinggo yang wajib kalian ketahui.
1. Jaran Bodhag dan Jaran Kencak
Jaran Bodhag dalam terminologi bahasa Jawa “Jaran” berarti kuda dan “bodhak” (bahasa Jawa dialek Jawa Timur, khususnya wilayah Timur) berarti wadah, bentuk lain. Walaupun belum di ketahui angka tahun yang pasti sejak kapan kesenian “Jaran Bodhag” ini mulai di ciptakan dan di kenal oleh masyarakat kota Probolinggo, namun dari beberapa sumber di ketahui bahwa “Jaran Bodhag” di ciptakan oleh orang-orang kota Probolinggo pada zaman awal kemerdekaan.
Pada waktu itu orang-orang Probolinggo, terutama orang-orang pinggiran dan miskin mendambakan suatu seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang populer di kalangan masyarakat Kota Probolinggo adalah “Jaran Kencak”, yakni kuda (jaran) yang “ngencak” (menari). “Jaran Kencak” sebutan dalam di alek lokal untuk menyebut “Kuda Menari”, sejenis pertunjukkan yang menggunakan kuda yang di latih khusus untuk menari dan di rias dengan pakaian serta aksesoris lengkap.
Pada saat ini “Jaran Bodhak” masih populer di kalangan masyarakat kota Probolinggo. Dan kesenian ini biasanya di gunakan untuk mengiringi dan mengarak acara hajatan, pernikahan, khitanan, dan sebagainya. Menurut Bpk. Priyono bentuk penyajian kesenian ini adalah arak-arakan di jalan maupun di halaman rumah. Kesenian ini tumbuh dan berkembang di mayarakat Probolinggo yang sampai sekarang masih aktif untuk mengadakan kegiatan pembinaan dan pementasan. Penyajian kesenian ini di iringi dengan musik tradisional yang terdiri dari kenong, gong, kendang, dan sronen. Keberadaan kesenian Jaran Bodhag ini merata di seluruh Kecamatan Kota Probolinggo.
2. Karapan Sapi
Karapan Sapi sebenarnya bermula dari keseharian petani membajak sawahnya. Kemudian di kembangkan menjadi perlombaan yang di adakan pada setiap musim tanam padi tiba. Karapan Sapi ini di laksanakan di area persawahan.
Setiap sapi yang memenangkan perlombaan Karapan Sapi, dapat di pastikan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Sehingga sapi yang mengikuti perlombaan ini di pastikan memiliki kualitas yang cukup baik. Tidak heran jika perlombaan ini sampai mengeluarkan biaya yang cukup besar.
3. Karapan Kambing
Sama halnya dengan karapan sapi, kambing-kambing ini menggunakan kaleles (rangka kayu yang di ikatkan ke badan kambing), lalu kemudian di adu kecepatan dengan lawan pasangan lainnya. Dalam Karapan Kambing, kambing-kambing yang di lombakan tidak di bedakan berdasarkan ukurannya baik besar atau kecil. Semua kambing yang di perlombakan adalah kambing dengan jenis kelamin betina.
Ada beberapa peralatan yang di gunakan kambing di antaranya adalah jepitan telinga kambing, rekeng (sejenis bandulan tapi terpaku), kaleles, kalonongan (terbuat dari keleng kecil biasanya bekas dari korek api. Dan yang paling utama adalah balsem dan minyak angin. Mengapa demikian? Karena beberapa bagian tubuh kambing yang di lumuri balsem dan minyak angin, membuat kambing tersebut akan merasakan kepanasan dan akan berlari kencang sekuat tenaga.
Ciri dari kambing karapan yang bagus terletak pada bentuk kepala yang cenderung kecil, badan lurus, pangkal kaki depan tampak besar, posisi badan seperti nungging, usia minimal 3 bulan dan belum beranak. Postur yang demikian sering menjadi pemenang dalam perlombaan karapan kambing ini.
4. Petik Laut
Tradisi Sya’banan. Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk menyambut hadirnya bulan puasa. Biasanya pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum bulan puasa tiba) masyarakat hadir dengan membawa makanan dan bersuka cita sambil duduk-duduk di tepian pantai menikmati panorama laut yang tertimpa sinar bulan purnama. Tradisi seperti ini sudah di lakukan oleh masyarakat setiap tahun. Sehubungan dengan tradisi itu di adakan lomba balap perahu (Petik Laut).
Setiap tahunnya para nelayan yang tergabung di dalam Paguyuban Nelayan selalu mengadakan kegiatan ritual yang telah di tetapkan menjadi event tahunan oleh Pemerintah Kota Probolinggo yaitu kegiatan Petik Laut ini. Kegiatan ini melambangkan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh umat. Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk tetap melestarikan budaya gotong-royong dan kebersamaan yang telah di wariskan secara turun-temurun dari para leluhur sehingga menjadi tradisi di daerah sepanjang pesisiran pantai kota Probolinggo.
5. Perahu Hias
Lomba Perahu Hias merupakan tradisi masyarakat pesisiran pantai kota Probolinggo yang secara beriringan untuk berlomba menghias kapal atau perahu dengan bermacam-macam hiasan yang menarik. Lomba ini selalu mampu menarik minat para wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kegiatan ini telah menjadi event tahunan dan diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi Kota Probolinggo pada tanggal 4 September.
6. Kasada
Probolinggo mempunyai tradisi yaitu Upacara Kasada.Upacara ini diadakan pada saat purnama bulan Kasada (ke dua belas) tahun saka, upacara ini disebut juga sebagai Hari Raya Kurban. Biasanya lima hari sebelum upacara Yadnya Kasada, diadakan berbagai tontonan seperti; tari-tarian, balapan kuda di lautan pasir, jalan santai, pameran. Sekitar pukul 05.00 pendeta dari masing-masing desa, serta masyarakat Tengger mendaki Gunung Bromo untuk melempar Kurban (Sesaji) ke Kawah Gunung Bromo. Setelah pendeta melempar Ongkeknya (tempat sesaji) baru diikuti oleh masyarakat lainnya.
Nah. itulah beberapa rangkuman tentang budaya dan ciri khas kota probolinggo yang wajib kalian ketahui. Dan kota probolinggo banyak beberapa ragam budaya yang unik danb menarik para wisatawan-wisatawan.